Cukup menarik dunia persilatan akhir-akhir ini dengan hadirnya Datuk Segala Tau mengkritik Calon Bupati Herman. Sebenarnya, kritik dari Datuk Segala Tau ini berbasis data, dan sangat rasional di dunia tata kelola pemerintahan. Tapi mungkin karena kritiknya tepat di jantung pertahanan Herman, makanya respon timses-nya gelabakan dan kesannya tidak pro.
Jelas dong, bingkai kritiknya bisa dipertanggung jawabkan. Mulai dari tanggal pelantikan, proses penyusunan APBD hingga kapan pengesahan APBD, itu semua bisa dilacak kebenarannya.
Kalau persoalan gaya bahasa yang tajam, itu memang style-nya Datuk Segala Tau dari dulu sejak mahasiswa. Misalnya, diksi “Herman diklaim bisa kerja”, memang faktanya itu berkembang di media sosial. Persoalannya apakah kita sependapat atau tidak Herman bisa kerja?. Itu hak setiap orang dong.
Setiap orang bisa berpendapat, yang penting landasan dan sumber data kita berpendapat objektif. Misalnya, Datuk Segala Tau katakan Herman Hanya memantau proyek dan buat konten, ya memang kita semua tau, Herman tidak ikut proses penyusunan APBD secara utuh. Lagian semua tau, Tim Herman buat kontennya masif.
Jadi, saran buat Herman, cari tim yang keren, jangan cuma pandai buat konten, jangan yang sumbu pendek. Seharusnya kritik dengan narasi tajam itu dijawab dengan elegan dan rasional, bukan emosional sampai mau laporin segala. Hadeh,, lucu.
Ni, Datuk kasih tau cara jawab serangan yang elegan.
Narasi :
Pembangunan yang bapak ibu lihat tahun 2024 ini adalah hasil perencanaan serius dari semua pihak, baik Eksekutif maupun legislatif pada tahun sebelumnya.
Jadi faktanya, Herman turun ketika semua program sudah pasti akan berjalan, mau dia ada atau tidak, pembangunan tetap berjalan. Kalau mau jujur, Paling Dia memantau sekaligus buat konten biar seolah-olah keliatan bisa kerja, lumayan untuk bahan pencitraan.
(kutipan di Tulisan Calon Bupati Herman Diklaim Bisa Kerja? Datuk Segala Tau Membantahnya)
Kontra Narasinya :
Memang proses pembangunan itu keterlibatan semua pihak, siapa yang bilang pembangunan itu hanya karena Herman satu-satunya faktor. Perencanaan itu penting, tapi pelaksanaan dan proses memastikan program itu berjalan juga jauh lebih penting, dan itu wilayah Herman ketika dilantik jadi PJ Bupati. Banyak rencana tapi tidak terealisasi gimana?.
Bisa kita lihat kan, 10 tahun ini banyak pembangunan yang macet. Makanya, tidak cukup perencanaan program yang bangus, tapi harus dikawal dengan serius, biar tidak mangkrak. Banyangkan, hanya kebagian tugas pelaksanaan beberapa bulan saja program berjalan semua, apa lagi kalau dapat kepercayaan jadi bupati dan bisa menyusun APBD dari Awal ?.
Persolaan pencitraan dan buat konten mah gampang kali jawabnya, rasanya tidak perlu diajarin tuh. Sebab semua orang sekarang buat konten, lagian baguskan untuk menginformasikan kinerja kepada masyarakat.
Jadi, jangan sampai karena kita kalah dalam berargumentasi, malah mengatakan orang tidak beretika dalam politik. Kita ini sedang mencari pemimpin, pikirannya harus kita uji, bagaimana mereka merespon kritik yang bahkan sangat tajam. Kalau tidak siap dikritik, dan malah nyuruh orang melaporin yang mengkritik, tidak berlebihan kalau kita cap itu mirip-mirip ORBA.
Ingat kata Rocky Gerung, Sopan Santun itu tindakan, sikap, pikiran tidak punya sopan santun, pikiran yang disopan santunkan dalam politik itu namanya kemunafikan.
Jadi, siap-siap ya, jangan baper, apa lagi menghindar dari kritikan tanpa jawaban yang rasional.
Datuk Segala Tau lagi nyusun bahan buat beberapa isu, misalnya tukang becak jadi bupati, Indikasi Korupsi, Temuan Baznas, Penggusuran, JL Soebranas, CSR Bank Riau kepri, dan beberapa hal yang nanti kita keluarkan pada saatnya. Tarik Nafas, dan beri semangat TimSes.
Jaya Jaya Jaya.
Tertanda
Datuk Segala Tau